Fakta Bersuara, Jakarta - - Nahdlatul Ulama (NU) sudah saatnya tak hanya menjadi fondasi politik atau pergerakan. Namun juga menjadi fondasi ekonomi dan pendidikan.
Dalam sebuah kesempatan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir mendorong ekonomi kerakyatan dan keumatan dengan menggandeng Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui pembentukan Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama (BUMNU)
Sebagai proyek percontohan, BUMNU akan didirikan di Jember, dan diluncurkan pada peringatan Satu Abad NU.
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menargetkan pihaknya akan membentuk 250 BUMNU di seluruh Indonesia.
Menurut Gus Yahya, BUMNU merupakan model bagi NU dalam menggunakan jaringan untuk memengaruhi dinamika pasar yang strategis di masyarakat.
Badan usaha ini akan diurus oleh tenaga profesional tanpa campur tangan dari pengurus. Yenny Wahid pun akan diplot untuk memimpin badan usaha ini.
Melalui BUMNU ini tentu potensi ekonomi akan bisa dioptimalkan.
Ketika badan usaha ini menjadi semacam toko pangan, maka akan menjadi grosir berbagai macam bahan pangan.
Ini akan memotong mata rantai yang panjang ketika NU bisa menyalurkannya langsung ke masyarakat.
Selanjutnya akan terbuka peluang ranting-ranting NU bisa aktif menjadi jaringan pemasarannya.
Misalnya warung-warung di kampung, didorong untuk kulakan ke BUMNU.
Gus Yahya menyebutkan, BUMNU ini merupakan kerja sama bermartabat dengan beberapa pihak.
Badan usaha ini berurusan dengan badan-badan usaha, entitas bisnis, dan akad yang jelas.
Penguasaan Teknologi
Sebagai organisasi yang progresif, NU tidak alergi terhadap perkembangan zaman
Karena itu, perkembangan dan penguasaan informasi dan teknologi menjadi hal penting bagi kehidupan masyarakat, terlebih bagi generasi muda, termasuk warga nahdliyin.
Sadar dengan hal itu jajaran Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang membekali generasi muda NU melalui Balai Latihan Kerja (BLK) milik NU Kota Semarang.
Bernama BLK Multimedia PCNU Kota Semarang, balai ini merupakan hasil kerja sama antara NU Kota Semarang dengan Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia.
BLK Multimedia NU Kota Semarang ini berlokasi di kantor NU Center, Kelurahan Podorejo, Kecamatan Ngaliyan, Semarang.
Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Semarang Dr KH Anasom menuturkan hadirnya BLK multimedia ini untuk memperkuat keterampilan masyarakat, terlebih bagi generasi muda NU Kota Semarang.
"Pemerintah mendirikan 1.000 BLK di seluruh Indonesia, termasuk di Kota Semarang yang diresmikan Wakil Presiden Indonesia KH Ma'ruf Amin pada 2021 lalu," kata Kiai Anasom.
Ia menjelaskan, ada beberapa BLK di Kota Semarang selain BLK Multimedia NU Kota Semarang, di antaranya BLK GP Ansor Jateng, Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Gunungpati Kota Semarang, dan lainnya.
Kiai Anasom menyebut BLK yang dimiliki NU Kota Semarang fokus pada bidang multimedia.
Karena keberadaan NU Kota Semarang di wilayah kota, sehingga pengembangan teknologi informasi dirasa penting untuk anak-anak muda NU di ibu kota Jawa Tengah ini.
"Kami sudah beberapa kali mengadakan kegiatan pelatihan multimedia di BLK NU Kota Semarang. BLK ini digunakan untuk menyiapkan kebutuhan SDM agar cepat kerja. Mereka dididik dan dilatih di BLK," terangnya
Dalam kiprahnya, BLK Multimedia NU Kota Semarang bersama Kementerian Tenaga Kerja sudah dua kali menggelar pelatihan secara resmi serta meluluskan secara formal.
Pertama, pelatihan multimedia terkait penguatan dunia perfilman yang digelar selama dua bulan.
Para peserta yang mengikuti pelatihan langsung membuat karya.
Pelatihan multimedia kedua terkait dengan desain packaging (pengemasan) yang digelar selama sebulan.
“Peserta pelajar dan umum. Kami tidak bisa melakukannya secara massal, karena keterbatasan peserta. Sebelumnya ada seleksi terlebih dahulu, kemudian yang lulus seleksi itu yang dididik," terangnya.
Ia berharap ke depan BLK Multimedia PCNU Kota Semarang bisa menjalin kerja sama dengan pondok pesantren maupun lembaga lainnya di Kota Semarang.
Pihaknya siap bekerja sama bila ada pondok pesantren memiliki ide untuk membuat suatu pelatihan, karena BLK Multimedia PCNU Kota Semarang sudah memiliki tenaga pelatih.
"Tentu pelatihan yang seperti itu kita membiayai sendiri, peserta bentuknya kerja sama dengan pesantren, sekolah maupun karang taruna," ujarnya.
Guna mengoptimalkan SDM di lingkungan NU, pihaknya akan menawarkan kerja sama kepada seluruh badan otonom (Banom) NU Kota Semarang dan LP Ma'arif NU.
Satu Abad NU, dimaknai Kiai Anasom sebagai momentum penting tersendiri dengan berbagai tantangan yang ada.
Ia melihat dari perspektif masa lalu sebelum masa satu abad NU, bisa jadi masih banyak sejumlah kekurangan yang perlu diperbaiki oleh ormas Islam tersebut untuk ke depannya.
"Saya kira ini menjadi pengalaman tersendiri di hampir semua yang mengurus NU, karena NU menempel di masyarakat sebagai organisasi tradisional," terangnya.
Padahal, lanjutnya, kalau dilihat dari sisi organisasi, NU ini merupakan salah satu organisasi masyarakat terbesar di Indonesia.
NU memiliki konsep manajemen secara modern, meskipun organisasi ini sangat tanggap terhadap tradisi yang ada di tengah masyarakat.
"Kalau dari sisi organisasi, ya organisasi modern NU itu karena sudah jelas ada pembagian kerja di setiap lembaganya. Namun organisasi ini berjalan beriringan dengan tradisi yang ada di masyarakat,” terangnya.
Ruang bagi Perempuan
Dalam hal peran, NU memosisikan diri sebagai organisisasi yang berpihak pada kaum perempuan.
Ormas Islam ini menegaskan diberikannya ruang ekspresi untuk perempuan. Kaum hawa ini telah mengambil peran dalam sejarah gerakan di internal NU sejak 1938, dalam gelaran Muktamar di Menes, Banten.
Gus Yahya menceritakan, saat itu peserta muktamar NU hanya dihadiri oleh laki-laki.
Setelah itu muncul tuntutan dari sejumlah perempuan NU agar dapat hadir dalam muktamar.
Akhirnya dengan penuh kebesaran hati, para kiai mengizinkan dua nyai hadir dan berpidato di muktamar. Keduanya yakni Nyai Djuaesih dan Nyai Siti Saroh.
Kesempatan itu tak disia-siakan oleh keduanya.
Kedua nyai tersebut menggunakan kesempatan berpidato untuk meminta kesetaraan hak perempuan di kalangan pesantren guna mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki.
Sejak saat itu, setiap digelar muktamar NU, ada satu ruangan rapat khusus untuk kader perempuan nahdliyin.
Gerakan kedua nyai itu yang akhirnya menjadi pelopor berdirinya organisasi otonom perempuan NU pada 1946, yakni Muslimat NU.
Organisasi perempuan NU ini saat ini telah melahirkan sejumlah kader potensial, seperti Alyssa Wahid dan Khofifah Indar Parawansa.
Dua nama ini juga masuk dalam kepengurusan PBNU era kepemimpinan Gus Yahya dengan mengemban tugas sebagai ketua tanfidziyah.
Sementara itu, dalam hal mengoptimalkan peran perempuan, NU memiliki posisi strategis dengan berbagai langkah yang telah dilakukan.
Muslimat NU berkomitmen tinggi terhadap kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, khususnya ibu hamil.
Komitmen itu yang akhirnya menghantarkan Muslimat NU meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri).
Penghargaan ini meliputi minum tablet zat besi (fe) oleh ibu hamil terbanyak dan komitmen ibu hamil mengonsumsi makanan dengan nutrisi tinggi terbanyak sejumlah 10.158 orang secara hybrid.
Kedua rekor itu diterima Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang juga menjabat Ketua Umum PP Muslimat NU.
Atas capaian tersebut, Khofifah menegaskan, rekor yang diraih Muslimat ini bukan hanya dalam taraf Indonesia, namun juga Internasional.
Yang dilakukan Muslimat NU merupakan hal mendasar dalam upaya penurunan stunting.
Selain mengonsumsi zat besi juga komitmen menjaga kehamilan agar ibu yang hamil tidak kurang gizi dan bayi yang dikandungnya sehat serta tidak kurang gizi saat lahir.
Ini menjadi bukti Muslimat NU memberikan perhatian tinggi terhadap kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak, khususnya ibu hamil agar melahirkan generasi bangsa yang unggul dan soleh.
Salah satunya dengan pemberian zat besi bagi ibu hamil sebagai upaya mencegah gizi buruk dan stunting.
Khofifah yang juga salah satu Ketua Tanfidziyah PBNU ini meminta seluruh jajaran Muslimat NU dari pusat hingga ranting agar saling memberikan perhatian terhadap ibu hamil di lingkungan sekitarnya. Hal itu dilakukan untuk memastikan kecukupan gizi para ibu hamil telah terpenuhi.
Selain kecukupan gizi, Khofifah juga mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan spiritual bagi keluarga agar sehat lahir dan batin.
Ikhtiar batin akan membentuk putra-putri saleh yang akan mendatangkan kebaikan bagi masa depan bangsa.
Ia pun mencontohkan, ibunda Gus Dur, Nyai Sholichah Wahid Hasyim mengkhatamkan Alquran setiap tiga hari sekali selama masa kehamilan.
Ini menjadi catatan penting untuk semua jika menginginkan putra-putri yang terlahir soleh solehah, mendatangkan manfaat, serta memberikan kebaikan bagi masyarakat, bangsa, dan negara.***
Sumber : Suara Merdeka