FaktaBersuara, Jakarta - Surat Adh-Dhuha merupakan surat ke-93 dalam susunan mushaf Al-Qur'an. Terdiri dari 11 ayat, dan termasuk golongan Makkiyah lantaran para ulama sepakat turunnya surat ini sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah.
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah Jilid 15 mengemukakan isi kandungan surat Adh-Dhuha, yakni sanggahan terhadap dugaan yang menyatakan bahwa Allah SWT telah meninggalkan utusan-Nya itu, sebab wahyu tidak kembali turun selama beberapa lama kepada Nabi SAW. Sekaligus Dia menghibur hati rasul-Nya dengan anugerah tak terbatas yang bisa diperolehnya itu.
Peristiwa yang melatarbelakangi turunnya surat ini, termuat dalam Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) Jilid 10 sebagai asbabun nuzul Surat Adh-Dhuha. Yang mana dijelaskan ayat-ayat awalnya turun saat wahyu berhenti turun, sehingga mebuat Rasulullah SAW bersedih.
Berkali-kali beliau pergi ke gua Hira yang merupakan tempat perdana menerima wahyu, dengan harap bisa mendapat firman Allah SWT seperti kali pertama beliau menerimanya. Tetapi wahyu tak kunjung turun, sehingga beliau merasa gelisah.
Ada juga kabar pengejekan dari kalangan kaum musyrik bahwa Allah SWT meninggalkan dan membenci beliau karena itulah yang menjadi wahyu tak turun.
Keadaan yang seperti ini membuat hati Nabi SAW sendu, sehingga beliau tak bangun untuk mendirikan sholat di malam hari. Sebagaimana dalam hadits dari al-Aswad bin Qais, ia berkata:
"Aku pernah mendengar Jundub berkata: 'Nabi SAW pernah bersedih hati sehingga beliau tidak bangun satu atau dua malam. Kemudian datang seorang perempuan berkata, 'Wahai Muhammad, aku tidak melihat syaitanmu melainkan dia telah meninggalkanmu.'
Kemudian Allah SWT menurunkan ayat: 'Demi waktu duha, dan demi waktu malam apabila telah sunyi, Tuhanmu (Nabi Muhammad) tidak meninggalkan dan tidak (pula) membencimu. (QS Ad-Dhuha: 1-3)." (HR Bukhari, Tirmidzi, Nasa'i & Ahmad)
Lantas, Mengapa Disebut Surat "Adh-Dhuha"?
Masih dari sumber yang sama, M. Quraish Shihab menjelaskan alasan dinamakannya sebagai Surar "Adh-Dhuha". Menurutnya karena nama ini dikenal luas di kalangan ulama, yang mana diambil dari ayat pertamanya. Adapun kata "Adh-Dhuha" artinya waktu matahari naik sepenggalan.
Lebih lanjut Quraish Shihab memaparkan, jika Al-Qur'an menggambarkan suatu waktu khusus, maka Dia memberikan sifat tertentu kepada waktu tersebut. Contohnya, Lailat al-Qadr (malam mulia), Yauma iltaqa al-jam'aan (hari bertemunya dua pasukan), juga Yaum ad-Din (hari pembalasan).
Maka apabila Al-Our'an tidak menyifati satu waktu atau hari, maka yang dimaksudnya adalah waktu atau hari-hari yang umum dan silih berganti (terulang). Misalnya, Al-Fajr (fajar), Al-Lail (malam), dan Adh-Dhuha.
Sehingga 'Adh-Dhuha' di sini berarti matahari ketika naik sepenggalahan. Dirincikan oleh Quraish Shihab, "Yang mana cahayanya ketika itu memancar menerangi seluruh penjuru, pada saat yang sama ia tidak terlalu terik, sehingga tidak mengakibatkan gangguan sedikit pun. Bahkan panasnya memberikan kesegaran, kenyamanan dan kesehatan.
Matahari tidak membedakan antara satu lokasi dan lokasi yang lain. Kalaupun ada sesuatu yang tidak disentuh oleh cahayanya, maka hal itu bukan disebabkan oleh matahari itu tetapi karena posisi lokasi itu sendiri yang dihalangi oleh sesuatu."
Demikian gambaran terkait kata 'Ad-Dhuha' yang menjadi nama surat ini, yaitu matahari ketika ia naik sepenggalahan.
Melalui nama yang diambil dari ayat pertama ini pula, Allah SWT menerangkan kehadiran wahyu yang diterima Nabi SAW sebagai kehadiran cahaya matahari yang sinarnya demikian jelas, menyegarkan dan menyenangkan itu.
Demikian penjelasan terkait mengapa dinamakan Surat Ad-Dhuha. Dan bagi detikers yang mau baca surat ini dari ayat 1-11 yang disertai Arab, arti, dan tafsirnya,
Sumber:Detik.com